Kamis, 19 Maret 2009

Objek Pariwisata

Kabupaten Banyumas juga dikenal sebagai daerah tujuan wisata dengan fokus kunjungan wisatawan ke Baturaden. Jumlah obyek wisata di Banyumas cukup banyak dan beragam, dan pada umumnya mudah di jangkau karena di dukung sarana dan prasarana yang memadai, sampai saat ini, masih ada beberapa obyek wisata yang belum tergarap secara optimal dan membutuhkan investasi untuk pengembangannya.

Lokawisata Baturraden

Lokawisata Baturaden terbentang di sebelah selatan di kaki Gunung Slamet pada ketinggian sekitar 640 m diatas permukaan laut. Baturaden terletak hanya 14 km dari Kota Purwokerto yang dihubungkan dengan jalan yang memadai. Di tempat wisata ini Anda dapat menikmati pemandangan indah & udara pegunungan yang segar dengan suhu 18'° Celcius - 25° Celcius. Sedangkan, Gunung Slamet dengan ketinggian 3.428 m, merupakan gunung berapi terbesar dan gunung tertinggi ke-2 di Jawa. Jika cuacanya bagus, Kota Purwokerto dapat terlihat dari Baturaden, begitu juga dengan Cilacap dan Nusa Kambangan Ketika kita melihat gunung Slamet, kita dapat melihat lereng gunung Slamet yang ditutupi oleh hutan Heterogen. Taman Rekreasi menyajikan alam pegunungan & lembah sunyi yang dihiasi air terjun serta sumber air panas Belerang "Pancuran-3", ditempat ini juga dapat dinikmati berbagai mainan anak, menara pandang, Taman Botani, Kolam Renang. Tempat pemandian air panas, Cintamani, kolam luncur, sepeda air, kereta gantung, & kebun binatang Widya Mandala.

Taman Rekreasi Wiyata Mandala

Terletak di Desa Karang Tengah - Kecamatan Cilongok, kurang Lebih 20 KM dari kota Purwokerto. Obyek wisata ini berupa Air Terjun dengan ketinggian 92 meter yang dikelilingi oleh pemandangan alam & hutan yang indah.

Masjid Saka Tunggal dan Taman Kera

Masjid Saka Tunggal yg terletak di desa Cikakak kecamatan Wangon yang berja-rak 30 Km dari kota Purwokerto ini dibangun pada tahun 1522. Disebut Saka Tung-gal karena tiang penyangga utama bangunan hanya berbentuk satu tiang (tunggal). Di tempat ini terdapat hutan pinus & hutan besar lainnya yang dihuni oleh ratusan ekor kera.

Pemandian Kalibacin

Terletak di Desa Tambak Negara kecamatan Rawalo 17 km dari Purwokerto. Objek wisata ini merupakan peninggalan sejarah jaman Belanda terbukti dengan prasastinya. Dikenal dengan nama Wisata Husada, karena wisatawan disamping dapat menikmati keindahan alamnya sekaligus dapat menyembuhkan penyakit kulit dan tulang.

Goa Maria Kaliori

Goa Maria Kaliori terletak diperbukitan yang hijau membentang dengan suasana sejuk dan nyaman di Desa Kaliori, Kecamatan Kalibagor. Prakarsa pembangunan tempat ziarah ini bermula dari beberapa aktivis umat Katolik di Banyumas, yang kemudian mendapatkan tanggapan dan dukungan sepenuhnya dari Pastor Paroki di Purwokerto beserta umatnya.
Pembangunan Goa Maria Kaliori dimulai pada tanggal 15 Agustus 1989, dengan ditandai Peletakan batu Pertama oleh Uskup Purwokerto Mgr. P.S. Hardjasoemarta MSC. Suatu peristiwa bersejarah bagi Goa Maria Kaliori dmulai pada tanggal 10 Oktober 1989, di mana dalam Misa Agung di Yogyakarta, Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II berkenan memberkati Patung Bunda Maria dan menandatangani Prasasti Goa Maria Kaliori. Pemberkatan Goa Maria Kaliori dilakukan pada tanggal 8 Desember 1989 dan diresmikan penggunaannya.
Semenjak itu, pembangunan tempat ziarah Umat Katolik tersebut berlanjut terus. Berbagai fasilitas, seperti Kapel Ratu Surga, Jalan Salib, Taman Rosario, Pendopo bagi para peziarah, dan Rumah Retret Maria Imakulata menjadi bagian dari Wisata Rohani Goa Maria Kaliori. Pengelolaan dan pengembangan Goa Maria Kaliori diserahkan kepada Konggregasi Oblat Maria Imakulata (OMI) yang memiliki kharisma di dalam pengelolaan Goa Maria di berbagai negara di dunia.

Curug Cipendok

Terletak di Kecamatan Sumbang, sekitar 18 km dari Purwokerto, berupa air terjun yang indah dengan begitu banyak kelelawar yang beterbangan di sekitarnya.

Museum Wayang

Terletak di kompek bekas pusat pemerintahan Banyumas lama 18 km dari Purwokerto. Objek wisata ini menyuguhkan wayang versi Banyumasan kuno dan seni pendalanganya, seperti Wayang pesisiran, wayang krucil, Wayang kantil, Wayang Banyumas kono, Wayang beber, dan Wayang madel yang masih standar saat ini. Tidak jauh dari tempat ini terdapat kerajinan seni batik ala Banyumas yang terletak di jalan Mruyung Banyumas.

Desa Wisata Ketenger

Desa Ketenger Kecamatan Baturaden adalah desa wisata yang berfungsi sebagai penyangga utama obyek wisata Baturaden. Dengan potensi alamnya yang benar-benar diandalkan sebagai potensi wisata -seperti- Curug Gede, Curug Kembar, Curug Kabayan. Di samping itu masih ada Rumah Putih, Jalan Kereta Tebu (Jawa: LORI), dan Wisata Pendidikan.
Dengan alamnya yang sejuk dan pengairan yang baik oleh masyarakat Desa Wisata Ketenger dimanfaatkan untuk menanam bunga potong dan kolam pancingan, sehingga itu semua bisa menambah daya tarik bagi wisatawan.
Bagi wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Ketenger dan ingin menikmati indahnya suasana malam hari dengan hiburan kesenian seperti Calung, Ebeg, Band/OM ataupun Genjring. Masyarakat di Desa Wisata Ketenger menyediakan Home Stay sebanyak 41 rumah dengan kamar tidur sejumlah 74, dengan fasilitas cukup memadai. Bagi wisatawan mancanegara tidak perlu repot karena tenaga guide berbahasa Inggris telah siap, sekaligus dengan oleh cinderamata.
Masyarakat di Desa Wisata Ketenger telah mampu membuat kerajinan tanagan berupa tas tangan dari mute, meja-kursi atau patung dari akar pohon dan makanan khas Banyumas. Itulah potensi yang terkandung di desa Wisata Ketenger Kecamatan Baturaden, yang masih terus diupayakan peningkatannya demi kepuasan wisatawan.

Seni dan Budaya

Keanekaragaman Seni dan Budaya Banyumas

Aksimudha

Adalah kesenian bernafas Islam yang tersaji dalam bentuk atraksi Pencak Silat yang digabung dengan tari-tarian dengan iringan terbang/genjring. Pertunjukan Aksimudha dilakukan oleh delapan penari pria. Aksimudha pernah berkembang di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas dan saat ini masih dapat ditemukan di wilayah Kecamatan Wangon.

Angguk

Yaitu kesenian bernafaskan Islam yang tersaji dalam bentuk tari-tarian dengan iringan terbang/genjring. Dilakukan oleh delapan orang pemain, & pada bagian akhir pertunjukkan para pemain Intrance / Mendem. Saat ini Angguk bisa ditemukan wilayah Kecamatan Somagede.

Aplang atau Daeng

Kesenian yang serupa dengan Angguk, pemainnya terdiri atas delapan wanita. Saat ini Angguk bisa ditemukan wilayah Kecamatan Somagede.

Begalan

Adalah seni tutur tradisional yang digunakan sebagai yang digunakan sebagai sarana upacara pernikahan, propertinya berupa alat-alat dapur yang masing-masing memiliki makna-makna simbolis yang berisi falsafah jawa & berguna bagi kedua mempelai dalam mengarungi hidup berumah tangga.
Begalan menggambarkan peristiwa perampokan terhadap barang bawaan dari besan (pihak mempelai pria) oleh seorang begal (perampok). Dalam falsafah orang Banyumas, yang dibegal bukanlah harta benda, melainkan bajang sawane kaki penganten nini penganten (segala macam kendala yang mungkin terjadi dalam kehidupan berumah tangga pada mempelai berdua).
Begalan dilakukan oleh dua orang pria dewasa yang merupakan sedulur pancer lanang (saudara garis laki-laki) dari pihak mempelai pria. Kedua pemain begalan menari di depan kedua mempelai dengan membawa properti yang disebut brenong kepang. Dalam pementasannya, kedua pemain menari diiringi gending-gending banyumasan yang disajikan menggunakan perangkat gamelan. Hingga saat ini Begalan masih tumbuh dengan subur di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas.

Bongkel

Musik Traditional yang mirip dengan Angklung, hanya terdiri atas satu buah Instrument dengan empat bilah berlaras slendro, dengan nada 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma), 6 (nem). Dalam pertunjukkannya Bongkel disajikan gendhing - gendhing khusus. Bongkel hanya tumbuh dan berkembang di Desa Gerduren, Kecamatan Purwojati.

Buncis

Yaitu perpaduan antara seni musik & seni tari yang disajikan oleh delapan penari pria. Dalam pertunjukkannya diiringi dengan perangkat musik Angklung. Para pemain buncis selain menjadi penari juga menjadi pemusik & vokalis. Pada bagian akhir sajian para pemain Buncis Intrance atau mendem. Buncis hanya hidup di Desa Tanggeran, Kecamatan Somagede.

Calung

Yaitu perangkat music khas Banyumas yang terbuat dari bambu wulung mirip dengan gamelan jawa, terdiri atas gambang barung, gambang penerus, dhendhem, kenong, gong & kendang. Dalam penya-jiannya calung diiringi vokalis yang lazim disebut sinden. Aransemen musikal yang disajikan berupa gending-gending Banyumasan, gending gaya Banyumasan, Surakarta-Yogyakarta dan sering pula disajikan lagu-lagu pop yang diaransir ulang. Calung -konon- merupakan jarwo dosok (dua kata yang digabung menjadi satu menjadi kata baru) yang berarti carang pring wulung (pucuk bambu wulung) atau dicacah melung-melung (dipukul bersuara nyaring). P erangkat musik ini berlaras Slendro dengan nada-nada 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma), dan 6 (nem).

Ebeg

dalah bentuk tari tradisional khas Banyumas dengan Properti utama berupa ebeg atau kuda kepang. Kesenian ini menggambarkan kegagahan prajurit berkuda dengan segala atraksinya dan dibawakan oleh 8 penari pria. Biasanya dalam pertunjukkan ebeg dilengkapi dengan atraksi barongan, penthul & cepet. Dalam pertunjukkannya ebeg diiringi oleh gamelan yang lazim disebut bendhe. Dalam pertunjukkannya, ebeg dilengkapi dengan sintren (penari pria yang berdandan seperti wanita) di dalam sebuah kurungan. Ebeg masih tumbuh subur di seluruh wilayah Kabupaten banyumas.

Lengger

Yaitu jenis tarian tradisional yang tumbuh subur diwilayah se-baran budaya Banyumas. Kesenian ini umunya disajikan oleh dua orang wanita atau lebih. Pada pertengahan pertunjukkan hadir seorang penari pria yang lazim disebut badhud, Lengger disajikan diatas panggung pada malam hari atau siang hari , dan diiringi olah perangkat musik calung.

Penjamasan Jimat Kalisalak

Pencucian benda-benda keramat dari Peninggalan Sunan Amangkurat 1 dari kerajaan Mataram. Prosesi siraman jimat dilaksanakan setiap tanggal 12 & 13 bulan Maulud. Konon prosesi ini dapat dijadikan Media Ramalan hal-hal yang akan terjadi dalam tahun berikutnya yaitu dengan melihat tambah atau berkurangnya benda-benda jimat itu.

Penjaroan

enjaroan merupakan kegiatan pemasangan pagar yang terbuat dari Bambu sebagai tanda peringatan tahunan meninggalnya Syekh Kyai Mustholih yang dimakamkan disekitar Masjid Saka Tunggal. Kegiatan ini dilaksanakan setiap tanggal 26 & 27 Rajab.

Hari Jadi Kabupaten Banyumas

Hari Jadi Kabupaten Banyumas yang diiringi oleh seluruh Punggawa Banyumas dengan Pakaian Tradisional dari Pendodo Kotatip Purwokerto menuju pendopo Sipanji Kabupaten Banyumas yang dilaksanakan setiap tanggal 5 April.

Sejarah Banyumas

Sejarah Banyumas

Keberadaan sejarah Kabupaten Banyumas sebagai pendirinya yang pertama adalah Raden Joko Kahiman yang kemudian menjadi Bupati yang pertama dikenal dengan julukan atau gelar ADIPATI MARAPAT (ADIPATI MRAPAT). Riwayat singkatnya diawali dari jaman Pemerintahan Kesultanan PAJANG, di bawah Raja Sultan Hadiwijaya. Kisah pada saat itu telah terjadi suatu peristiwa yang menimpa diri (kematian) Adipati Wirasaba ke VI (Warga Utama ke I) dikarenakan kesalahan paham dari Kanjeng Sultan pada waktu itu, sehingga terjadi musibah pembunuhan di Desa Bener, Kecamatan Lowano, Kabupaten Purworejo (sekarang) sewaktu Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang dari pisowanan ke Pajang. Dari peristiwa tersebut untuk menebus kesalahannya maka Sultan Pajang, memanggil putra Adipati Wirasaba namun tiada yang berani menghadap.

Kemudian salah satu diantaranya putra menantu yang memberanikan diri menghadap dengan catatan apabila nanti mendapatkan murka akan dihadapi sendiri, dan apabila mendapatkan anugerah/kemurahan putra-putra yang lain tidak boleh iri hati. Dan ternyata diberi anugerah diwisuda menjadi Adipati Wirasaba ke VII. Semenjak itulah putra menantu yaitu R. Joko Kahiman menjadi Adipati dengan gelar ADIPATI WARGA UTAMA II.

Kemudian sekembalinya dari Kasultanan Pajang atas kebesaran hatinya dengan seijin Kanjeng Sultan, bumi Kadipaten Wirasaba dibagi menjadi empat bagian diberikan kepada iparnya.

  1. Wilayah Banjar Pertambakan diberikan kepada Kyai Ngabei Wirayuda.
  2. Wilayah Merden diberikan kepada Kyai Ngabei Wirakusuma.
  3. Wilayah Wirasaba diberikan kepada Kyai Ngabei Wargawijaya.
  4. Wilayah Keiawar dikuasai sendiri dan kemudian dibangun dengan membuka hutan Mangli dibangun pusat pemerintahan dan diberinama Kabupaten Banyumas.
Karena kebijaksanaannya membagi wilayah Kadipaten menjadi empat untuk para iparnya maka dijuluki Adipati Marapat.

Siapakah Raden Joko Kahiman itu ?
R. Joko Kahiman adalah putra R. Banyaksasro dengan ibu dari Pasir Luhur. R. Banyaksosro adalah putra R. Baribin seorang pangeran Majapahit yang karena suatu kesalahan maka menghindar ke Pajajaran yang akhirnya dijodohkan dengan Dyah Ayu Ratu Pamekas putri Raja Pajajaran. Sedangkan Nyi Banyaksosro ibu R. Joko Kahiman adalah putrid Adipati Banyak Galeh (Mangkubumi II) dari Pasir Luhur semenjak kecil R. Joko Kahiman diasuh oleh Kyai Sambarta dengan Nyai Ngaisah yaitu putrid R. Baribin yang bungsu. Adipati Banyak Geleh adalah keturunan ke 9 dari R. Aria Bangah dari Galuh Pakuan putra Pajajaran.

Dari sejarah terungkap bahwa R. Joko Kahiman adalah merupakan SATRIA yang sangat luhur untuk bisa diteladani oleh segenap warga Kabupaten Banyumas khususnya karena mencerminkan :

  1. Sifat altruistis yaitu tidak mementingkan dirinya sendiri.
  2. Merupakan pejuang pembangunan yang tangguh, tanggap dan tanggon.
  3. Pembangkit jiwa persatuan kesatuan (Majapahit, Galuh Pakuan, Pajajaran) menjadi satu darah dan memberikan kesejahteraan ke kepada semua saudaranya.

Dengan demikian tidak salah apabila MOTO DAN ETOS KERJA UNTUK Kabupaten Banyumas SATRIA. Candra atau surya sengkala untuk hari jadi Kabupaten Banyumas adalah "BEKTINING MANGGALA TUMATANING PRAJA" artinya tahun 1582, bila diartikan dengan kalimat adalah "KEBAKTIAN DALAM UJUD KERJA SESEORANG PIMPINAN / MANGGALA MENGHASILKAN AKAN TERTATANYA ATAU TERBANGUNNYA SUATU PEMERINTAHAN".

PARA ADIPATI DAN BUPATI SEMENJAK BERDIRINYA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 1582

  1. R. Joko Kahiman, Adipati Warga Utama II
  2. R. Ngabei Merta Sura (1560)
  3. R. Ngabei Mertasura II (Ngabei Kalidethuk) (1561 -1620)
  4. R. Ngabei Mertayuda I (Ngabei Bawang) (1620 - 1650)
  5. R. Tumenggung Mertayuda II (R.T. Seda Masjid, R.T. Yudanegara I) Tahun 1650 - 1705
  6. R. Tumenggung Suradipura (1705 -1707)
  7. R. Tumenggung Yudanegara II (R.T. Seda Pendapa) Tahun 1707 -1743.
  8. R. Tumenggung Reksapraja (1742 -1749)
  9. R. Tumenggung Yudanegara III (1755) kemudian diangkat menjadi Patih Sultan Yogyakarta bergelar Danureja I.
  10. R. Tumenggung Yudanegara IV (1745 - 1780)
  11. R.T. Tejakusuma, Tumenggung Kemong (1780 -1788)
  12. R. Tumenggung Yudanegara V (1788 - 1816)
  13. . Kasepuhan : R. Adipati Cokronegara (1816 -1830)
  14. Kanoman : R. Adipati Brotodiningrat (R.T. Martadireja)
  15. R.T. Martadireja II (1830 -1832) kemudian pindah ke Purwokerto (Ajibarang).
  16. R. Adipati Cokronegara I (1832- 1864)
  17. R. Adipati Cokronegara II (1864 -1879)
  18. Kanjeng Pangeran Arya Martadireja II (1879 -1913)
  19. KPAA Gandasubrata (1913 - 1933)
  20. RAA. Sujiman Gandasubrata (1933 - 1950)
  21. R. Moh. Kabul Purwodireja (1950 - 1953)
  22. R. Budiman (1953 -1957)
  23. M. Mirun Prawiradireja (30 - 01 - 1957 / 15 - 12 - 1957)
  24. R. Bayi Nuntoro (15 - 12 - 1957 / 1960)
  25. R. Subagio (1960 -1966)
  26. Letkol Inf. Sukarno Agung (1966 -1971)
  27. Kol. Inf. Poedjadi Jaringbandayuda (1971 -1978)
  28. Kol. Inf. R.G. Rujito (1978 -1988)
  29. Kol. Inf. H. Djoko Sudantoko (1988 - 1998)
  30. Kol. Art. HM Aris Setiono, SH, S.IP (1998 - sekarang)